Oleh : Andre
Realisme sosialis dalam karya-karya kesastraan dalam
cengkrama biadabnya orde baru seakan seperti pesing dan kotoran yang menjijikan
bak didalam toilet-toilet sekolah yang hampir jarang bercumbu dengan bersih dan
kesuciannya. karya - karya agung sastra yang bebricara tentang keadilan sosial,
hak asasi, hingga kemanusiaan bahkan sangat jauh dan tidak diberikan tempat
meski 1 cm sekalipun.
Reformasi bergemuruh 1998 nampak memberikan angin segar bak
cerahnya mentari pagi terhadap sastra - sastra kemanusiaan, namun perlahan tapi
pasti Reformasi hanyalah sekilas menyelimuti bangsa yang terlelap kembali
dengan hegemoni kapitalisme memnyulut dan coba menjauhkan manusia dari
kesadaran - kesadaran sosial, pembahasan dalam ruang diskusi kemanusiaan hanya
menjadi minoritas dalam bingkai sistem ekonomi kapitalis bisa jadi kebiadaban
rezim orde baru jilid II telah lahir.
sastra cenderung menjauhkan diri dari nilai ideologisnya,
terkalahkan dan tunduk dengan pasar bebas, dan memaksa ikut bersaing ditengah -
tengah drama cengeng manusia, romantisme cinta, miris, cenderung mengendurkan
mental, nilai dan moral bangsa hingga mengilusikan dari semangat perjuangan
akan ketertindasan membawa manusia dalam ruang - ruang mimpi, melupakan Bumi
yang penuh tangis dibawah tangan besi dan kaki - kaki rezim gila profit.
tetralogi pulau Buru seperti "Bumi Manusia" karya
- karya Pramoedya Ananta Toer yang berbicara untuk kehormatan bangsa, untuk
kemanusiaan, untuk kebebasan, untuk keberanian, cinta dan semangat perlawanan
ketertindasan hanya menjadi diskusi - diskusi dalam ruang - ruang sempit dalam
demokrasi semu.
hedonisasi menjadi akibat dalam tawaran - tawaran dunia
kapitalisme, posisi mahasiswa yang semakin melupakan idealismenya dan cenderung
pragmatis, membiarkan kejahatan rezim terhadap rakyat kelas pekerja (buruh),
tani, hingga patriarki kaum perempuan menjadi komoditas pasar untuk kepentingan
modal dalam akumulasi keuntungan.
Jangan diam ! kalian benar - benar tahu apa yang
terjadi, karena mendiamkan kejahatan
adalah sebuah kejahatan dan lebih jahat tak ubahnya seperti rezim.
source book :
The Wisdom of Pramoedya Ananta Toer
Komentar
Posting Komentar