17 AGUSTUS, INDONESIA SUDAH MERDEKA ?



Bhineka Tunggal Ika, sering kali kita mendengar dan bahkan sangat tidak asing dengan kalimat yang memiliki makna berbeda-beda tetap satu jua dan merupakan sebuah semboyan ideology pancasila Republik Indonesia. Kalimat ini adalah sebagai menjaga pemersatu bangsa kita dengan paham kenegaraannya yang menghubungkan dari sabang sampai merauke dan dari timur sampai ke talaud.

Akan tetapi berbicara soal satu-kesatuan bangsa pada realitasnya mengalami kontradiksi(bertentangan) dengan kondisi social dimasyarakat kita, seakan bahasa persatuan itu tak ada lagi terngiang, masih banyaknya penindasan-penindasan manusia atas manusia, eksploitasi alam hingga tenaga manusia yang sangat tidak manusiawi, paham – paham budaya western (barat) dll yang masuk ke-Indonesia telah membuat nilai dan karakter bangsa yang semakin terdegradasi akibat tidak mampu membendung perkembangan yang di terima sehingga semakin memecahkan kita antar umat beragama, suku, ras, ataupun golongan-golongan lain yang semestinya membangun persatuan untuk mewujudkan Indonesia yang semakin progresif. Seperti apa yang telah kita lalui oleh pendahulu kita dengan membangun kekuatan persatuan hingga dapat membebaskan Indonesia dari tangan penjajah.
Penerapan system kapitalisme yang menyengsarakan rakyat membuat bangsa Indonesia semakin jauh dari esensi sila ke-5 “keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia”.

System yang berdampak multisektor ini seperti pendidikan yang kian mahal, biaya kesehatan mahal, eksploitasi alam hingga menyebabkan banyak nya lahan-lahan yang gundul, limbah industry yang mencemari perairan dan belum lagi di tambah dengan perusahaan-perusahaan yang nakal, sehingga memaksa rakyatnya harus merasakan kesengsaraannya dan bekerja keras dengan upah yang tidak maksimal/murah di tambah dengan pekerja outsourching yang jauh dari sejahteranya.

Penjajahan bangsa Indonesia kini berbeda kita telah dihadapkan kepada kapitalisme nasional hingga korporasi asing (neo-liberalisme) yang telah menguras kekayaan SDM dan SDA di Indonesia seperti halnya dengan program MP3EI (Masterplan Percepatan Proses

Pembangunan Ekonomi Indonesia) yang pada esensi nya lahan Kalimantan menjadi lumbung energy yang akan mengalami eksploitasi. Disamping itu dengan marakya investasi asing yang juga gak jauh beda dengan orde baru memiliki relevansi dengan era reformasi saat ini.
Kapitalisasi pendidikan juga menjadi carut-marut persoalan kebangsaan yang terus larut menghisap rakyat kelas tertindas hingga memaksakan anak-anak bangsa bahkan harus bekerja dan tidak mendapatkan pendidikan yang sebenarya telah banyak bertentangan dengan konstitusi RI seperti anak-anak yang bekerja di bawah umur, jenjang pendidikan kian mahal dengan biaya-biaya operasionalnya dll dan disamping itu kesehatan pula menjadi salah satu penghambat produktivitas dan kemajuan sumber daya manusia yang tidak mendukung akibat mahalnya biaya kesehatan.

Krisis nilai-nilai budaya dan social menjadi factor juga rontoknya kesatuan bangsa, banyak para intelektualitas bangsa dan penggerak roda-roda system kenegaraan yang sudah tidak lagi menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan, moral, adat istiadat dll. Maka dari itu mari kita bersama-sama membangun persatuan dan menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), mari berjuang dan tidak lagi membangun gerakan sektoral dan  lawan penindasan merapatkan barisan dengan satu suara REVOLUSI,
Indonesia Merdeka tanpa eksploitasi.
Salam Perjuangan Rakyat yang terus berkobar !!! hidup rakyat !
(ckr-dpp)

Komentar