Bhineka Tunggal Ika, sering kali kita
mendengar dan bahkan sangat tidak asing dengan kalimat yang memiliki makna
berbeda-beda tetap satu jua dan merupakan sebuah semboyan ideology pancasila
Republik Indonesia. Kalimat ini adalah sebagai menjaga pemersatu bangsa kita
dengan paham kenegaraannya yang menghubungkan dari sabang sampai merauke dan
dari timur sampai ke talaud.
Akan tetapi berbicara soal satu-kesatuan bangsa pada realitasnya
mengalami kontradiksi(bertentangan) dengan kondisi social dimasyarakat kita,
seakan bahasa persatuan itu tak ada lagi terngiang, masih banyaknya
penindasan-penindasan manusia atas manusia, eksploitasi alam hingga tenaga
manusia yang sangat tidak manusiawi, paham – paham budaya western (barat) dll
yang masuk ke-Indonesia telah membuat nilai dan karakter bangsa yang semakin
terdegradasi akibat tidak mampu membendung perkembangan yang di terima sehingga
semakin memecahkan kita antar umat beragama, suku, ras, ataupun
golongan-golongan lain yang semestinya membangun persatuan untuk mewujudkan
Indonesia yang semakin progresif. Seperti apa yang telah kita lalui oleh
pendahulu kita dengan membangun kekuatan persatuan hingga dapat membebaskan
Indonesia dari tangan penjajah.
Penerapan system kapitalisme yang menyengsarakan rakyat membuat bangsa
Indonesia semakin jauh dari esensi sila ke-5 “keadilan social bagi seluruh
rakyat Indonesia”.
System yang berdampak multisektor
ini seperti pendidikan yang kian mahal, biaya kesehatan mahal, eksploitasi alam
hingga menyebabkan banyak nya lahan-lahan yang gundul, limbah industry yang
mencemari perairan dan belum lagi di tambah dengan perusahaan-perusahaan yang
nakal, sehingga memaksa rakyatnya harus merasakan kesengsaraannya dan bekerja
keras dengan upah yang tidak maksimal/murah di tambah dengan pekerja
outsourching yang jauh dari sejahteranya.
Penjajahan bangsa Indonesia kini berbeda kita telah dihadapkan kepada
kapitalisme nasional hingga korporasi asing (neo-liberalisme) yang telah
menguras kekayaan SDM dan SDA di Indonesia seperti halnya dengan program MP3EI
(Masterplan Percepatan Proses
Pembangunan Ekonomi Indonesia) yang pada esensi nya lahan Kalimantan menjadi lumbung energy yang akan mengalami eksploitasi. Disamping itu dengan marakya investasi asing yang juga gak jauh beda dengan orde baru memiliki relevansi dengan era reformasi saat ini.
Pembangunan Ekonomi Indonesia) yang pada esensi nya lahan Kalimantan menjadi lumbung energy yang akan mengalami eksploitasi. Disamping itu dengan marakya investasi asing yang juga gak jauh beda dengan orde baru memiliki relevansi dengan era reformasi saat ini.
Kapitalisasi pendidikan juga menjadi carut-marut persoalan kebangsaan
yang terus larut menghisap rakyat kelas tertindas hingga memaksakan anak-anak
bangsa bahkan harus bekerja dan tidak mendapatkan pendidikan yang sebenarya
telah banyak bertentangan dengan konstitusi RI seperti anak-anak yang bekerja
di bawah umur, jenjang pendidikan kian mahal dengan biaya-biaya operasionalnya
dll dan disamping itu kesehatan pula menjadi salah satu penghambat
produktivitas dan kemajuan sumber daya manusia yang tidak mendukung akibat
mahalnya biaya kesehatan.
Krisis nilai-nilai
budaya dan social menjadi factor juga rontoknya kesatuan bangsa, banyak para
intelektualitas bangsa dan penggerak roda-roda system kenegaraan yang sudah
tidak lagi menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan, moral, adat istiadat dll. Maka
dari itu mari kita bersama-sama membangun persatuan dan menjaga kedaulatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), mari berjuang dan tidak lagi
membangun gerakan sektoral dan lawan
penindasan merapatkan barisan dengan satu suara REVOLUSI,
Indonesia Merdeka tanpa eksploitasi.
Salam Perjuangan Rakyat yang terus berkobar !!! hidup rakyat !
(ckr-dpp)
Komentar
Posting Komentar