10 Alasan Kurs Dolar Terhadap Rupiah Semakin Naik

10 Alasan Kurs Dolar Terhadap Rupiah Semakin Naik
Dolar yang kian hari kian tinggi, menyebabkan beberapa harga kebutuhan naik secara signifikan. Tidak terkecuali harga kebutuhan pokok, seperti cabai, daging dan ayam. Kenaikan ini memang tidak diharapkan oleh masyarakat terutama para penjual komoditas tersebut, yang menyebabkan terganggunya arus pendapatan dan pengeluaran yang berubah juga. Dengan adanya peningkatan harga, alhasil pendapatan yang mereka terima pun berkurang, karena orang-orang akan beralih ke kebutuhan pokok lainnya yang dirasa harganya masih terjangkau dan dapat untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari seperti makan sehari-hari atau pun transportasi untuk rutinitas harian mereka.
Ketika artikel ini dibuat rupiah sudah menyentuh angka Rp 14.104 per satu US$. Kira-kira apa saja sih penyebab dolar yang terus menguat terhadap rupiah? Mari kita simak, beberapa penjelasan berikut ini.

1. Ekonomi Amerika Serikat yang semakin membaik

rupiah
Pemulihan ekonomi Amerika Serikat pasca krisis 2008 membuat The Fed atau Bank Sentral Amerika merencanakan tapering off atau pemangkasan quantitative easing, disebut juga stimulus ekonomi. Rencana yang dikemukakan gubernur The Fed Ben Bernanke sejak Mei 2013 itu menjadi awal penguatan dolar terhadap keuangan global, yang membuat dolar yang disuplai menjadi berkurang. Sebaliknya Indonesia sebagai negara berkembang, yang mudah terdepresiasi mata uangnya dari pengaruh mata uang negara maju seperti, Amerika Serikat. Mata uang Indonesia mempunyai karakteristik khusus soft currency, yang berarti sensitivitasnya terhadap kondisi ekonomi inetrnasional. Krisis finansial, spekulasi di pasar finansial dan ketidakstabilan ekonomi bisa mengakibatkan jatuhnya nlai soft currency.

2. Terus tertekan oleh signal buruk The Fed

rupiah
Nilai tukar rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) mulai berfluktuasi tajam ketika The Fed berencana untuk mengurangi pembelian obligasi pada Mei 2013. Merujuk pada hal tersebut, timbul kekhawatiran pemulihan ekonomi di Amerika Serikat akan memiliki dampak kembalinya modal dan mempengaruhi pasar keuangan dunia.

3. Mata uang loyo melanda seluruh dunia

rupiah
Pemulihan ekonomi Amerika Serikat yang diikuti dengan pemotongan stimulus oleh The Fed berdampak pada penguatan dolar terhadap mata uang global. Memang jika dibandingkan dengan mata uang yang lain, rupiah tidak terlalu anjlok, namun, tidak juga menggembirakan. Posisinya yang memang di tengah-tengah di antara mata uang negara lain juga tidak terlalu menguntungkan.
Mata uang Ringgit Malaysia memimpin pelemahan nilai tukar terhadap dolar AS, hingga turun -16,79 %, kembali ke titik terendahnya sejak 17 tahun lalu saat krisis keuangan Asia 1998.
Begitu pula dengan yuan, dikutip dari Reuters, nilai tukar yuan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mencapai level terendah yakni 6.4510 yuan per dolar, angka tersebut merupakan yang terendah sejak Agustus 2011.
Beberapa mata uang yang melemah di dataran asia adalah:
  • Won Korea Selatan melemah sebesar 7,9%
  • Baht Thailand melemah sebesar 7,4%
  • Yen Jepang melemah 4,8%

4. Booming harga komoditas telah berlalu

rupiah
Pelemahan mata uang di dunia terhadap Amerika membuat permintaan barang komoditas turun. Akibatnya, harga komoditas yang menjadi andalan ekspor Indonesia anjlok, dan berdampak pada neraca perdagangan yang pada akhirnya memperburuk pelemahan rupiah.
Ekspor Indonesia tercatat sebesar US$ 12,56 miliar pada Mei 2015, turun 15,24% dibandingkan dengan perolehan Mei 2014 atau minus 4,11 persen dari bulan sebelumnya. Penurunan ekspor terjadi pada hampir semua komoditas unggulan dan ke hampir seluruh negara mitra dagang.

Delapan ekspor komoditas yang tercatat paling anjlok adalah:

Batu bara
Di kuartal I-2015, ekspor batu bara anjlok 17.6% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yang hanya 11.8%
Minyak nabati
Komoditi ini turun 12.6% di kuartal I-2015, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya
yang masih mencatat surplus 8%
Tekstil dan produk tekstil
Turun 2.6% di kuartal I-2015, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang masih surplus 1%
Alat listrik, ukur, fotografi
Komoditas ini juga mengalami penurunan sebesar 12.1% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya minus 5.7%
Barang logam tidak mulia
Untuk ini, tercatat turun 3.7% di kuartal I-2015. Penurunan ini lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, yang mencapai 13.4%
Karet olahan
Di kuartal I-2015 tercatat anjlok hingga 30.3%, dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 16%
Mesin atau pesawat mekanik
Ekspor barang tersebut merosot 12.5% di kuartal I-2015, dibanding periode yang sama tahun tahun lalu dengan mencatatkan surplus 10.9%
Kayu olahan
Ekspor ini juga mengalami penurunan 2.2% di kuartal I-2015, dibanding periode yang sama tahun lalu yang masih mencatatkan surplus 17.3%

5. Kinerja ekspor kian merosot

rupiah
Pelemahan rupiah ikut didorong oleh menurunnya kinerja ekspor Indonesia dalam empat terakhir. Ketika rupiah melemah, seharusnya ekspor mengalami kenaikan. Namun karena produk Indonesia didominasi komoditas yang harga dan permintaannya sedang anjlok, maka kontribusi terhadap neraca perdagangan tidak signifikan, sehingga mendorong pelemahan rupiah.

6. Impor barang cukup tinggi

rupiah
Sejak enam tahun terakhir impor barang modal dan konsumsi melonjak sehingga menekan neraca perdagangan Indonesia. Hal ini ikut mendorong pelemahan rupiah terhadap dolar yang terjadi sejak 2013. Meski terjadi penurunan impor pada satu tahun terakhir, hal ini tidak cukup signifikan untuk menahan laju pelemahan rupiah.
Lonjakan impor berupa barang konsumsi mengalami peningkatan besar di kuartal pertama tahun ini mencapai 48,2%. Impor barang konsumsi yang dilakukan untuk buah-buahan itu adalah buah yang tidak ditanam di Indonesia. Namun, kenaikannya masih lebih rendah dibanding 2010 lalu yang mencapai 63,3%.
Angka impor dari barang konsumsi berasal dari bahan bakar yang tidak diproduksi di Indonesia yang mencapai 60%, barang- barang automotif dan buah-buahan dari China.

7. Tiga tahun neraca perdagangan anjlok

rupiah
Neraca perdagangan Indonesia terus merosot dalam tiga tahun terakhir. Penurunan ini terlihat dari data Bank Indonesia yang mencatat aktivitas ekspor impor secara free on board dan kementerian perdagangan yang melaporkan aktivitas perdagangan secara keseluruhan. Penurunan neraca ini terjadi seiring melemahnya pasar komoditas dunia akibat menurunnya permintaan global.

8. Bom waktu peninggalan rezim lama

rupiah
Pelemahan nilai tukar rupiah mulai terjadi sejak beberapa tahun terakhir ini. Selain dipicu oleh faktor eksternal, pelemahan ini juga disebabkan oleh defisit transaksi berjalan mulai terjadi sejak 2012. Kendati sudah berusaha, pemerintahan sebelumnya belum bisa membalik defisit neraca transaksi berjalan menjadi surplus.

9. Sejajar Turki dan Brazil, rawan karena defisit

rupiah
Mata uang negara-negara ini tergolong negara yang rawan karena mengalami defisit transaksi berjalan yang cukup besar. Negara-negara yang memiliki transaksi berjalan surplus, mata uangnya justru lebih aman atau risiko lebih kecil.

10. BI hati-hati, walau Malaysia dan Rusia kuras devisa

rupiah
Penguatan dolar Amerika Serikat membuat negara-negara melakukan intervensi valas terhadap pasar domestik. Bank Sentral Rusia benar-benar menguras cadangan devisa dengan membeli dolar untuk menyelamatkan rubel sehingga pelemahannya tertahan di 44.9% dalam enam bulan. Di saat yang sama, Bank Indonesia justru menahan diri sehingga cadangan devisa tidak terganggu bahkan mengalami peningkatan.
Berdasarkan tabel di bawah, nilai rupiah telah terdepresiasi sejak pertengahan tahun lalu walaupun pernah terapresiasi pada bulan Oktober 2014.
rupiah
Sumber: Bank Indonesia
Secara garis besar penyebab melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS bisa dibagi menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan internal perekonomian. Faktor eksternal yang paling umum diketahui adalah perkenomian AS yang setahun belakangan semakn baik. Pertumbuhan ekonomi AS terakhir mencapai 2.5%, sementara inflasi mencapai 1.6%. bahkan, pada Januari 2015 terjadi deflasi, yakni -0.1%. Inflasi di AS dikatakan baik jika tidak lebih dari 2%.
Walaupun sebelumnya AS melakukan kebijakan quantitative easing (mencetak uang untuk dibelikan surat berharga pemerintah AS sendiri), namun, inflasi AS tidak meningkat karena dolar AS beredar ke seluruh dunia. Akibatnya, efek inflasi tidak bergitu besar, bahkan hampir tidak ada.
Tingkat pegangguran di AS juga menurun tajam hingga sekarang berada di level 5.7%. meski belum menyentuh angka normal di 4%. Namun, kondisi sekarang jauh lebih baik jika dibandingkan dengan
Saat krisis sub prime mortgage yang memuncak pada 2009-2010. Data penjualan mobil, salah satu indikator untuk mendeteksi tingkat kesehatan perekonomian AS. Penjualan mobil di AS pada Februari 2015, lebih tinggi hingga 9% jika dibandingkan dengan Februari 2014. Di sepanjang 2014, penjualan mobil mencapai 16.5 juta unit. Hal tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap nilai rupiah saja, tetapi juga terhadap mata uang negara lain sehingga kurs beberapa mata uang negara lain pun ikut terdepresiasi dalam beberapa bulan terakhir.
Berikut data beberapa mata uang negara lain yang juga ikut terpengaruh karena menguatnya US$.

EURO

Dolar US mencapai titik tertingginya dalam 10 tahun terakhir. Pertengahan 2005, per satu euro dihargai sekitar 1.25 dolar. Setelah itu euro terus berjaya dan mencapai puncaknya pada Juli 2008. Sempat satu euro dihargai dengan 1.58 dolar. Namun, sejak April 2011 dolar terus meningkat dan sebaliknya euro justru melemah. Juli ini satu euro bisa dibeli hanya dengan 1.09 dolar US.

YEN

Tidak berdaya melawan dolar AS. Kekuatan dolar berada pada angka 123.88 yen. Setelahnya dolar terus melemah hingga titik terendah pada Oktober 2011, ketika dolar AS berharga 76 yen. Tetapi ketika itu terjadi, dolar justru terus meningkat hingga 125 yen sampai saat ini.

SGD

Saat ini untuk membeli satu dolar AS diperlukan 1.38 dolar Singapura, melampaui rekor yang dicatat pada April 2011 sebesar 1.31 dolar. Kurang lebih setahu kemudian grafik dolar AS bergerak ke kanan atas.

AUD

Di hadapan dolar Australia, saat ini harga dolar AS dihargai paling mahal sejak Juli 2009. Sekarang untuk harga satu dolar AS, dolar Aussie mencatatkan nilai 1.36 dolar.

CAD

Walaupun satu dolar AS pernah di angka 0.94 dolar Kanada, namun sekarang warga Kanada harus merogoh kocek 1,3 dolar Kanada untuk menubus 1 dolar AS.
Secara lengkap perbandingan nilai tukar dolar AS terhadap sejumlah mata uang asing bisa Anda lihat pada tabel di bawah ini.
Perbandingan Nilai Tukar Dolar AS terhadap Sejumlah Mata Uang Asing
sumber : tempo.co
Mata UangNilai TukarPresentase
2 Januari 201510 Maret 2015
Dolar Australia1,22451,30026-6,37811%
Dolar Hongkong7,75617,7601-0,05157%
Rupiah Indonesia12.47413.059-4,68975%
Yen Jepang119,7075121,0427-1,11539%
Ringgit Malaysia3,50593,7109-5,84729%
Dolar Selandia Baru1,2841,3703-6,72118%
Dolar Singapura1,32391,3863-4,71335%
Won Korea Selatan1.094,171.122,90-2,62526%
Euro0,82660,9288-12,3639%

Komentar